Jakarta - Rencana
pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi bakal memperlambat pertumbuhan sektor
pertanian. Sebab, pengelolaan produksi dan distribusi pangan banyak menggunakan
BBM bersubsidi terutama jenis solar.
Menurut anggota
Komisi IV dari Fraksi PKS, Makmur Hasanuddin, sektor pertanian akan sangat
terpukul karena komoditas mereka amat rentan terhadap gejolak harga dan biaya
produksi. Jika BBM bersubsidi naik harga, maka kemampuan produksi mereka akan
menurun karena sebagian besar alokasi modal digunakan untuk konsumsi BBM.
Selanjutnya,
penurunan produksi akan meningkatkan harga produk sehingga pendapatan petani
jadi tidak menentu. Saat ini petani merupakan struktur terbesar masyarakat
Indonesia. Namun, sebagian besar masih miskin akibat terjepit kebijakan
pemerintah yang tak memihak mereka.
"Pemerintah harus memperhitungkan
kenaikan BBM ini secara cermat karena yang pertama kali akan merasakan kenaikan
ini adalah para petani dan sektor pertanian pada umumnya," kata Ma’mur Hasanuddin, di Jakarta, Selasa
(7/5).
Penggunaan BBM
memang tak bisa dielakkan dalam pertanian. Petani butuh menggerakkan mesin
untuk mengolah lahan dan hasil tani. Di antaranya, mesin traktor untuk membajak
dan menggaru serta pompa air untuk mengairi sawah. Pompa air terpaksa digunakan
karena pemerintah tidak menyediakan irigasi yang cukup. 
"Kesulitan solar
beberapa waktu belakangan ini telah menunjukan bahwa BBM mempengaruhi dan
sangat dibutuhkan oleh sektor pertanian. Di beberapa tempat, penggilingan padi
tidak beroperasi karena kesulitan mendapatkan solar bersubsidi," keluh Ma’mur.
Rencana pemerintah
menaikkan BBM dalam waktu dekat telah ditegaskan oleh Presiden SBY dalam dialog
dengan komunitas bisnis dan keuangan, Thomson Reuters Newsmaker, di Singapura,
Selasa (23/4). Presiden SBY mengatakan, langkah ini merupakan upaya pemerintah
untuk mengurangi beban subsidi.
Sumber : http://www.jurnalparlemen.com/view/3041/dampak-kenaikan-harga-bbm-subsidi-bagi-sektor-pertanian.html 


0 komentar:
Posting Komentar